Friday 18 November 2016

Aki Jaleyah/Aki Cangkrang/Macan Gembong Sang Dedengkot Muara Gembong

AKI JALEYAH ATAU AKI CANGKRANG
DISEBUT JUGA MACAN  GEMBONG.
DEDENGKOT MUARA GEMBONG

Beliau adalah seorang Pendekar
Pilih Tanding yg hidup di Abad
ke 15 -16. M.
Beliau seorang Muslim mualap bermarga Lo, nama asli beliau
adalah Lo Ban Hok keturunan
Lo Ban Theng. Cileungsi.
(Baca kisah 7 Jendral Lo)
Nama muslim dari Lo Ban Hok adalah DZALALLIYA, namun masyarakat menyebutnya Jaleyah, atau AKI JALEYAH.

SEBELUM MENJADI SEORANG PENDEKAR.
Beliau adalah seorang Tabib muda achli dalam ilmu pengobatan tiongkok kuno yg diwariskan oleh leluhurnya.
Konon kisahnya Aki Jaleyah
mempunyai seorang istri
Dari keturunan Pribumi dari  daerah Pasir Angin cileungsi.
konon istri beliau sangat cantik dan istri beliau diculik oleh para perampok ketika Aki Jaleyah sdg Pergi Mengantarkan obat obatan kedaerah Bogor.

SEJAK SAAT ITU AKI JALEYAH berkelana mencari istrinya yg
Sangat dia Cintainya beliau tidak tahu kemana harus mencarinya, beliau juga tdk tahu dimana rimbanya, beliau menduga bahwa mencari penjahat harus kedaerah yg banyak penjahatnya kebenciannya terhadap para penjahat membuat beliau bagaikan harimau liar yg sdg kelaparan mengamuk mencari mangsanya para begal dan para perampok semua dibantainya,
Tidak peduli apapun tingkat kejahatannya besar ataupun kecil menurut beliau kejahatan tetap kejahatan, yg harus dibasminya  sehingga nama aki jaleyah sangat ditakuti oleh para penjahat baik dikalangan para penjahat besar maupun penjahat kecil nama aki Jaleyah bagaikan nama Malaikat pencabut nyawa
Aki jaleyah ditakuti oleh lawan maupun kawan.
Dalam perjalanan berkelana mencari istrinya berbagai halangan dan rintangan semua dapat dihadapinya dgn tenang.
Aki Jaleyah pada saat itu belum dijuluki Macan Gembong
Beliau dijuluki AKI CANGKRANG
karena beliau membawa Tongkat kayu yg Bercagak dua
Yg bentuknya mirip Ranting atau
Cangkrang Pohon.

HARI BERGANTI HARI. MINGGU BERGANTI BULAN DAN BULAN BERGANTI TAHUN.
Tanpa dirasakan olehnya Lima tahun sdh berlalu namun aki Jaleyah alias Aki Cangkrang
belum juga menemukan istrinya
Setiap hari dan setiap malam beliau berdoa kpd yg maha kuasa agar dapat menemukan istrinya.
Pada suatu hari aki jaleyah alias Aki Cangkrang tiba disebuah kampung tepatnya didaerah ..
Yang sekarang disebut CARIYU beliau menghampiri sebuah Kedai lesehan yg maksudnya untuk mengisi perutnya yg sdh mulai lapar kemudian beliau memesan makanan setelah itu  beliau menghampiri bale bale yg berada dibawah pohon sengon
Tiba tiba beliau melihat ada seorang perempuan muda memakai kalung berbandul liontin dari batu Giok, perempuan muda  tsb sdg menuju ke warung makan tempat aki jaleyah memesan makanan, pandangan mata aki Jaleyah tidak terlepas sedikitpun memandangi batu liontin yg berada didadah siperempuan muda tsb.
ketika siperempuan muda tsb akan melintas disisinya aki jaleyah.
Aki jaleyah menjatuhkan tongkat kayunya sehingga menghentikan langkah kaki siperempuan muda  tsb, siperempuan muda itupun berdiri dihadapan aki Jaleyah. Dan Aki Jaleyah berjongkok untuk  memungut
Tongkatnya namun matanya masih tetap memandangi batu
Liontin Giok tsb, setelah aki jaleyah memungut tongkatnya
siperempuan muda itupun melanjutkan langkah kakinya menuju kewarung tersebut.

TAK BERAPA LAMA KEMUDIAN
Pelayan warung datang menghampiri Aki jaleyah membawakan makanan yang
Dipesan oleh aki Jaleyah, ketika. Sang pelayan akan beranjak pergi aki jaleyah menanyakan pada
Pelayan warung tentang wanita yg memakai liontin batu Giok ,
Sang Pelayan mengatakan Kalau perempuan tsb adalah istri mudanya KI SARTAM Yg nomor 6 (enam)
Aki Jaleyah menanyakan kpd
Pelayan tsb, aki sartam tinggal dimana, sang pelayan menerangkan kalo Aki Sartam dia tinggal dijonggol, kalo wanita muda tsb bernama NARSIH. tinggal dikampung sebelah.
Setelah, menjelaskan sang pelayan pamit pada aki jaleyah
untuk melanjutkan tugasnya.
Aki Jaleyah pun meng iyakan.
Dan aki jaleyah mulai menyantap makannya dgn tenang, ketika Beliau sdg asik makan wanita yg tadi ditanyakannya lewat disampingnya, namun aki jaleyah tidak menghiraukan nya lagi, beliau terus saja menikmati makannya.

HARI BERIKUTNYA MASIH DIKAMPUNG CARIYU.
Konon kisahnya Aki Jaleyah sampai berhari hari dikampung Cariyu menunggu kedatangan Aki Sartam pulang kerumah istri mudanya yg bernama Narsih.
Pada suatu hari aki Jaleyah dapat Bertemu dgn aki sartam ketika aki sartam akan pergi mengantar istrinya yg bernama narsih untuk pergi kondangan. Aki sartam bersama dan istri mudanya. Dikawal oleh Empat Orang pengawal Andalannya.
Mereka mengendarai dua buah Delman.
Ditengah perjalannya mereka dihadang oleh seorang yg berdiri ditengah jalan yg menghalangi jalannya Delman mereka, sang penghalang tersebut tiada lain adalah Aki Jaleyah alias Aki Cangkrang.
Aki Jaleyah menghalangi lajunya delman yg ditumpangi Aki Sartam dan istrinya sehingga menghentikan delman mereka. Tanpa diperintahkan lagi Para Pengawal aki Sartam berlompatan turun dari delman dan menghampiri Aki Jaleyah.
mereka membentak bentak aki jaleyah dgn tenang Aki Jaleyah mengatakan kpd para pengawal tsb bahwa dirinya Hanya perlu kpd Aki Sartam.
Lalu aki Jaleyah Berteriak Lantang namun tetap sopan, beliau meminta agar aki sartam turun dari delmannya.
Lalu Aki Sartam pun turun dari delmannya.
Aki Sartam menghampiri Aki Jaleyah dan menanyakan apa maksud tujuan aki Jaleyah menghentikan lajunya delman mereka,  Aki Jaleyah menjelaskan kpd aki Sartam bahwa beliau hanya ingin tahu darimana aki sartam
Mendapatkan Liontin Batu Giok
yg dipakai Narsih istri nya aki
Sartam .
Lalu Aki Sartam menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan Liontin Batu Giok tsb sdh lima tahun lebih. Aki sartam membelinya dari seorang perempuan yg sdg Hamil yg katanya butuh uang untuk biaya melahirkan, dan perempuan tsb berpesan nanti kalo ada yg menanyakan batu Giok tsb, katakan saja membelinya dari NYAI KARLIN,
Mendengar nama tersebut aki Jaleyah sangat kaget sekali, lalu aki Jaleyah menanyakan kemana perginya wanita tsb,
aki sartam mengatakan bahwa wanita tsb akan pulang kecileungsi menemui suaminya.
Mendengar penjelasan Aki Sartam lalu aki Jaleyah meminta maaf kpd aki sartam bahwa dirinya telah mengganggu perjalanannya.
lalu aki jaleyah melanjutkan perjalanannya demikian pula dgn aki sartam dan rombongan
nya mereka pun melanjutkan perjalanannya pula
Hampir saja malaikat maut menjemput Aki Sartam dan rombongannya.

BEBERAPA HARI KEMUDIAN
AKI JALEYAH SDH BERADA
DIDAERAH CILEUNGSI.
Beliau menanyakan kepada sanak pamilinya apakah nyi Karlin istri beliau ada pulang kerumah sanak pamily aki jaleyah menerangkan bahwa sejak kejadian Perampokan istri aki Jaleyah tidak pernah ada datang lagi kecileungsi, aki Jaleyah kecewa sekali dgn aki Sartam dia merasa dibohongi oleh aki sartam.
Namun aki Jaleyah tdk langsung mengejar aki Sartam dia mencoba mencari istrinya ke kampung pasir angin kerumah mertuanya, ketika sampai dipasir angin kekecewan yg sama yg beliau dapatkan, ternyata istrinya aki Jaleyah tdk pernah pulang kekampung pasir angin, aki Jaleyah semakin gusar pada aki Sartam.
Kemudian aki Jaleyah berangkat kembali menuju ke kampung Cariyu untuk menemui aki Sartam.
Ditengah perjalanan menuju kampung Cariyu aki Jaleyah bertemu seorang sahabatnya yg
Bernama JUMANTARA. atau biasa disebut AKI JUMANTARA.
Pertemuan aki Jaleyah dgn aki jumantara membawa titik terang bagi aki Jaleyah.

AKI JUMANTARA ADALAH BEKAS SENOPATI KESULTANAN MATARAM.
Beliau bersahabat dgn aki Jaleyah sejak beliau ditolong oleh SINSHE LO GWAN TENG
Cucu dari Laksamana LO BAN THENG (Bca kisah 7 jendral Lo)
Sinshe Lo Gwan Teng adalah kakeknya Aki Jaleyah.
Aki jumantara ditolong oleh Sinshe Lo Gwan Teng ketika beliau terluka parah sehabis Pertempuran melawan kepala  Gerombolan MAUNG HIDEUNG.
Yg bermarkas didaerah Pasir Tanjung.

kepala Gerombolan Maung Hideung yg menamakan dirinya
JURIG SAMBER NYAWA.
Pertempuran terjadi didaerah
RAWA INGKIK ketika Aki jumantara menyergap aki jurig Samber Nyawa Sdg bersama
Istri mudanya dicipenjo
Dalam pertarungan melawan
Jurig Samber Nyawa aki Jumantara mengalami luka dalam beliau melarikan diri namun terkapar ditengah jalan
Didaerah limus nunggal
Dan beliau ditolong oleh Sinshe Lo Gwan Teng ,
yang saat itu sdg melintasi daerah limus nunggal.
aki jumantara  ditolong oleh Sinshe Lo Gwan Teng dibawa kedaerah cileungsi,
Dan pada saat itu aki Jaleyah lah yg merawat beliau saat itu aki Jaleyah sdg memperdalam ilmu pengobatan Tiongkok kuno kpd kakeknya yaitu Lo Gwan Teng
atau sinse Lo Gwan Teng disinilah awal pertemuan dan perkenakan antara Aki Jaleyah dgn Aki Jumantara.
Setelah sembuh dari sakitnya beberapa bulan kemudian aki Jumantara Pamitan pada Sin She Lo Gwan Teng dan Aki Jaleyah, aki Jumantara akan pergi ke Batavia untuk menemui
Pangeran ABDUL FATAH di kauman (sekarang Klender)
Setelah beberapa tahun berada diklender aki jumantara menikah dgn saudara sepupunya Tubagus Angke. Yg bernama
Nyimas Rohimah, pernikahan aki Jumantara dgn nyimas Rohimah dijodohkan oleh Pangeran Abdul Fatah.
Kemudian setelah menikah aki jumantara ikut bersama istrinya dan tinggal didaerah ujung kulon Banten, ketika masih diklender ki jumantara sering mengunjungi lo khoe sin dicakung untuk belajar ilmu agama islam.
dan setelah menikah barulah beliau tinggal diujung kulon Banten.
Dari Pernikahannya dgn nyimas Rohimah aki jumantara dikaruniai dua orang anak satu perempuan yg diberi nama SITI JUMROH. dan yg laki laki diberi nama MUHAMAD JUFRI.
Muhamad jufri dititipkan pada lo khoe sin dicakung untuk belajar ilmu agama islam, dan Siti jumroh menikah dgn Bang Rawin dan muhamad Jufri menikah dgn Putrinya Lo Khoe sin atau engkong khusin dikampung buaran Cakung. Jufri adalah ayahnya Juned jagoan Cakung

PERTEMUAN KALI INI.
aki jumantara dgn aki Jaleyah dlm pertemuan yg tak terduga dimana aki Jumantara
baru pulang berziarah kemakam istri dan anaknya didaerah Cibarusah yg binasa dibantai oleh Gerombolan maung Hideung.
Aki Jumantara menanyakan
arah dan tujuan Aki Jaleyah setelah aki jaleyah menceritakan pengalaman Hidupnya maka
Kemudian Jumantara mengajak Aki Jaleyah main kerumahnya didaerah ujung kulon Banten.

SETELAH BEBERAPA HARI DIRUMAH AKI JUMANTARA DI UJUNG KULON BANTEN.
Barulah Aki Jumantara menceritakan
Tentang istri Aki Jaleyah
Sebagaimana biasa setiap Tahun aki jumantara mendatangi makam anak istrinya dicibarusah pada suatu hari ketika aki jumantara pulang
Dari berziarah dimakam anak istrinya beliau menjumpai seorang wanita dipinggiran hutan tengah meregang nyawa dia meraung raung kesakitan, dan aki jumantara menghampiri
nya ternyata wanita tsb akan melahirkan, aki jumantara bergegas mencari nenek paraji (dukun beranak) dan setelah aki jmantara dan nenek paraji sampai ditempat sang wanita
yg akan melahirkan, ternyata wanita tsb telah selesai melahirkan sang bayi, namun ibunya dalam keadaan kritis. Dan rupanya Tuhan berkehendak lain sang ibu telah menemui ajalnya. Dan achirnya aki jumantara dan sang nenek paraji bersepakat untuk mengurus jenazah ibu dari sang bayi tsb
dan ketika jenazah akan dimandikan ditubuh jenazah ada gambar telapak tangan kanan yg sdh membiru, aki jumantara dapat mengenali jenis pukulan tsb karena dia sendiri pernah terkena jenis pukulan tsb yang kemudian ditolong oleh Sinshe Lo Gwan teng.
Dan dari bundalan angkin yg dipakai almarhum ditemukan satu buah cincin kawin yg terbuat dari batu giok, dan ditemukan pula sebuah tulisan
Yg tertulis pada angkin tulisan tsb berbunyi
KOKOH KALO KARLIN MATI
ANAK YG KARLIN KANDUNG ADALAH ANAK KITA, BUKAN ANAK PENJAHAT JURIG SAMBER NYAWA.
melihat tulisan tsb aki jumantara teringat dgn peristiwa dirinya
Mengingat pada peristiwa dirinya itu kemudian aki jumantara menitipkan sang jabang bayi itu pada nenek paraji agar dirawat dgn baik aki jumantara berjanji akan mengirim biaya hidup untuk sang jabang bayi setiap beliau berziarah kemakam anak istrinya nya dia akan mampir memberi biaya hidup buat sang jabang bayi.
Aki jumantara mengatakan pada aki Jaleyah, sang bayi itu seorang laki laki, oleh nenek paraji sang bayi itu diberi nama BAILIN. Diambil dari perpaduan dua nama, antara nama suami si nenek paraji, suami nenek paraji bernama BAIRAH, dan nama ibu sang bayi yaitu KARLIN. jadi bayi tsb dinamakan BAILIN.
Dan jenazah ibu sang bayi dimakamkan dipekarangan belakang rumah rumah Simenon paraji, AKI BAIRAH terkenal sebagai seorang pembuat Golok
Didaerah Jonggol, kemudian beliau pindah kekampung
RAWA BANTENG, usaha membuat Golok yg didaerah Jonggol diberikan kpd anaknya
Yg laki laki yg bernama BAIDIN
Dengan membawa anak angkat
Nya yg bernama Bailin yg kala itu baru berusia Tiga tahun, aki Bairah pindah kerawa Banteng
dan dikampung Rawa Banteng
pun Aki Bairah melanjut kan usahanya sebagai pembuat Golok.

MENDENGAR PENUTURAN CERITA DARI AKI JUMANTARA
Hati aki Jaleyah bagaikan tersayat sayat sembilu.
Kemudian aki Jumantara menunjukan Cincin kawin Batu
Giok, dan angkin yg bertulisan
pernyataan dari Nyi Martin bukti bukti tsb ditunjukan kepada aki Jaleyah.
Aki Jaleyah mengakui kalau cincin batu Giok dan angkin tsb adalah miliknya yg dia berikan kpd istrinya.

BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN
Dengan diantar Aki jumantara
Aki Jaleyah pergi kekampung Rawa Banteng untuk menemui
aki Bairah.
Sesampainya dirumah aki Bairah aki Jumantara menjelaskan kpd
Aki Bairah dan nenek Bairah.
bahwa Bailin adalah anak kandung aki Jaleyah, Aki dan None Bairah sudah terlanjur sayang pada Bailin, beliau sgt berat hati untuk menyerahkan
BAILIN yg baru berusia Tujuh  tahun kpd Aki Jaleyah.
aki Jaleyah pun tidak keberatan
Dan meng ikhlaskan anakya dirawat oleh aki dan nenek Bairah.
Setelah Pertemuannya dgn Aki dan nenek Bairah.
aki jumantara kembali pulang
kerumahnya dan aki Jaleyah pergi keJonggol, untuk mencari
Aki Jurig Samber nyawa.
Dan Gerombolan Maung Hideung , menurut aki jumantara. Gerombolan maung
Hideung dan Jurig Samber nyawa adalah sama.

SESAMPAINYA DIJONGGOL
berkat bantuan informasi yang
Disampaikan oleh Pelayan warung bekas Langgan tempat aki Jaleyah makan dikampung Cariyu. Aki jaleyah dapat menemukan markas Gerombolan Maung Hideung.
Dimarkas Gerombolan Maung
Hideung aki Jaleyah mengamuk
dgn sangat Luar Biasa,semua anggota Gerombolan maung.
Dibuat binasa.
Dan aki Jaleyah sangat
Terkejut sekali ketika berhadapan dgn pimpinan Gerombolan maung Hideung
yg dijuluki Jurig Samber Nyawa
Ternyata adalah AKI SARTAM.
Pertarungan dgn aki Sartam pun terjadi, dan aki sartam tewas-ditangan aki Jaleyah.
Setelah semua musuh musuhnya dibantai Habis, aki jaleyah pergi menyepi beliau
memilih kampung
MUARA GEMBONG.sejak itulah
Aki Jaleyah dijuluki Macan Gembong atau DEDENGKOT MUARA GEMBONG.
Konon kisahnya beliau tidak menikah lagi sampaig akhir hayatnya. TAMAT

No comments:

Post a Comment