Saturday 16 May 2015

SEJARAH MAKAM KERAMAT LUAR BATANG. DI PASAR IKAN. PANTAI SUNDA KELAPA

Al-Habib Husein Bin
Abubakar Alaydrus
(Habib Keramat
Luar Batang) Beliau lahir di Migrab,
dekat Hazam, Hadramaut,
Datang di Betawi sekitar
tahun 1746 M.
Berdasarkan cerita, bahwa
beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24
Juni 1756 M. bertepatan
dengan 17 Ramadhan
1169 Hijriyah dalam usia
lebih dari 30 tahun
( dibawah 40 tahun ). Jadi diduga sewaktu tiba di
Betawi berumur 20 tahun.
Habib Husein bin
Abubakar Alaydrus
memperoleh ilmu tanpa
belajar atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi
“ , yaitu pemberian dari
Allah tanpa belajar
dahulu. Silsilah beliau :
Habib Husein bin
Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad
bin Husein bin Abdullah
bin Abubakar Al-Sakran
bin Abdurrahman
Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali
bin Alwi bin Muhammad
Al-Faqih Al-Muqaddam bin
Ali bin Muhammad Shahib
Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan
Habib Keramat Luar
Batang, mempunyai
perilaku “ Aulia “ (para
wali) yang di mata umum
seperti ganjil. Seperti keganjilan yang dilakukan
beliau, adalah :
Habib Husein tiba di Luar
Batang, daerah Pasar Ikan,
Jakarta, yang merupakan
benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal
layar yang ditumpangi
Habib Husein terdampar
didaerah ini, padahal
daerah ini tidak boleh
dikunjungi orang, maka Habib Husein dan
rombongan diusir dengan
digiring keluar dari teluk
Jakarta. Tidak beberapa
lama kemudian Habib
Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung
dan terdampar kembali di
daerah yang dilarang oleh
Belanda. Kemudian
seorang Betawi membawa
Habib Husein dengan menyembunyikannya.
Orang Betawi ini pun
berguru kepada Habib
Husein. Habib Husein
membangun Masjid Luar
Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang
Betawi ini bernama Haji
Abdul Kadir. Makamnya di
samping makam Habib
Husein yang terletak di
samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak
patuh pada Belanda.
Sekali Waktu beliau tidak
mematuhi larangannya,
kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di
Glodok. Di Tahanan ini
Habib Husein kalau siang
dia ada di sel, tetapi kalau
malam menghilang entah
kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir
penjara) menjadi takut
oleh kejadian ini.
Kemudian Habib Husein
disuruh pulang, tetapi
beliau tidak menghiraukan alias tidak
mau pulang, maka Habib
Husein dibiarkan saja.
Suatu Waktu beliau sendiri
yang mau pergi dari
penjara. Selepas mangkatnya
ayahnya, Al-imam Husein
Bin Abu Bakar Alaydrus
hijrah ke kota Tarim, dan
ternyata di pintu kota
Tarim telah menunggu seorang wali besar, yaitu
Quthbil Irsyad, Al-imam
Abdullah Bin Alwy
Alhaddad, yang langsung
menyambut kedatangan
dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.
Setelah tiba di kota Tarim,
beliau didampingi oleh Al-
imam Abdullah Bin Alwy
Alhaddad langsung
berziarah kepada Sayyidina Faqih
Muqaddam Al’imam
Muhammad Bin Ali
Ba’alawy, Sayyidina
Abdurrahman Bin
Muhammad Assegaf dan Datuk Beliau Sayyidina
Abdullah Alaydrus Akbar.
Al-imam Abdullah Bin
Alwy Alhaddad
mengatakan kepada
beliau bahwa semalam kakekmu, Sayyidina
Abdullah Alaydrus Akbar
datang kepadaku dan
mengabarkan tentang
kedatanganmu wahai
Husein. Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus menimba
ilmu kepada Quthbil
Irsyad, Al-imam Abdullah
Bin Alwy Alhaddad, dan
menurut cukilan dari Alhabib Ali Bin Husein
Alattas dalam kitabnya
Taajul A’rasy
mengatakan bahwa Al-
imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau
telah mendapatkan
mandat kepercayaan dari
guru beliau Al-imam
Abdullah Bin Alwy
Alhaddad untuk melaksanakan da’watul
islam.
Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus kemudian
hijrah ke Asia Timur dan
sampai di Indonesia, lalu setibanya di pulau Jawa,
tepatnya di Pelabuhan
Sunda Kelapa, beliau diusir
kembali oleh penjajah
Belanda. Akhirnya dengan
bantuan para Muhibbin di malam hari dengan
menggunakan sekoci
beliau tiba kembali di
Pelabuhan Sunda Kelapa.
Beliau kemudian
berda’wah di tanah Batavia ini dan pada saat
itu penjajah Belanda
sangat sensitif kepada
para ulama karena di
Sunda Kelapa ini masih
ada bekas-bekas pertempuran Sunda
Kelapa yang berada di
bawah pimpinan dari
Sunan Gunung Jati Al-
imam Syarif Hidayatullah
dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat
ketat dan berakibat pada
dicurigainya Al-Habib
Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus sebagai
pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke
dalam penjara, yang
berada di sekitar Glodok.
Perjuangan da’wah Al-
imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus sangatlah luar biasa, dan salah satu
karomah beliau adalah di
pagi hari beliau berada di
dalam penjara sementara
anehnya menjelang
maghrib beliau sudah tidak ada di dalam
penjara, beliau
menyampaikan da’wah-
da’wahnya di musholla
dan masjid-masjid,
sehingga membuat takut para sipir penjara dan
akhirnya kepala sipir
penjara tersebut meminta
agar Habib Husein keluar
saja dari dalam penjara
tapi beliau menolaknya sampai akhirnya beliau
keluar dari penjara
dengan keinginannya
sendiri.
Pada suatu ketika di
dalam perjalanan da’wahnya, Al-imam
Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus melihat seorang
tentara Belanda yang
memang memiliki akhlak
yang baik terhadap beliau, di mana tentara
Belanda ini selalu
menegur dan ramah
terhadap Beliau. Akhirnya
Habib Husein
memanggilnya dan mengatakan bahwa
tentara Belanda tersebut
kelak akan menjadi
Gubernur, di Batavia.
tentara Belanda tersebut
berkata sambil tertawa “mana mungkin aku
menjadi seorang
Gubernur”. Selang
beberapa bulan kemudian
sang tentara Belanda
tersebut dipanggil ke negerinya dan kembali ke
Batavia untuk dipercaya
menjadi Gubernur.
Sang tentara Belanda
yang kini telah menjadi
Gubernur teringat akan Habib Husein dan
menemui beliau seraya
ta’jub atas perkataan
dari Habib Husein dan
sebagai balasannya
Tentara ini memberikan hadiah berupa uang,
bahkan emas, tetapi
semuanya ditolak oleh
Habib Husein. Karena
Gubernur tersebut
memaksa, Akhirnya Al- habib Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus berkata
bahwa jika Engkau ingin
memberiku hadiah, maka
berikanlah aku tanah
yang berada di luar pelabuhan Sunda Kelapa
yang saat itu sedang
surut. Tentara belanda
tersebut kaget dan
berkata percuma bila Aku
berikan tanah tersebut, sebentar lagi air akan naik
dan daratan itu akan
terendam air laut. Al-
habib Husein berkata
“bila Engkau berikan
sekarang, maka mulai saat ini air tidak akan pernah
pasang bahkan hingga
yaumil qiyamah”..
Allahu Akbar.. sehingga
akhirnya diberikanlah
tanah tersebut. Al-habib Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus memiliki
tanah ± 10 hektar dan di
atas tanah tersebut,
kemudian pertama kali
yang dibangun oleh Al- imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus adalah
Masjid, kemudian rumah
beliau yang saat ini
menjadi tempat
pusaranya beliau. Dan semenjak itu, dipatok
tanah-tanah tersebut
yang besarnya ± sampai
10 hektar dengan pilar
dan batang-batang
sehingga daerah ini dikenal dengan sebutan
“Luar Batang”, disebabkan diluar
pelabuhan Sunda Kelapa
muncullah batang-batang.
Di sini beliau bersama
salah satu muridnya Haji
Abdul Qodir yang merupakan
penterjemahnya
mengajarkan kepada
murid-muridnya yang
dating dari Banten,
Indramayu, Cirebon, Tuban Gresik dan pelosok-
pelosok kota lain di
Indonesia.
Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus Wafat
pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi
mengapa acara haul dari
beliau diperingati setiap
hari Ahad di akhir bulan
Syawwal?
Karena ini merupakan ijtima’ dari para ulama
dan habaib yang saat itu
berada di bawah
pimpinan Mufti Betawi
yaitu Alhabib Utsman Bin
Abdullah Bin Yahya. Di mana para penjajah saat
itu masih menguasai dan
transportasi yang sangat
sulit sekali serta
bertepatan dengan
keadaan orang-orang yang sedang berpuasa,
sehingga diputuskanlah
oleh para ulama dan
habaib agar pelaksanaan
Haul Al-imam Husein Bin
Abu Bakar Alaydrus diadakan pada akhir Ahad
bulan Syawwal, di mana
setelah orang-orang
melaksanakan
silaturrahim lebaranan
barulah kembali berkumpul dan
bersilaturrahim di pusara
beliau untuk
memperingati Haulnya Al-
imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus. Inilah sekelumit tentang
perjalanan dan
perjuangan dari Al-imam
Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus. Semoga Allah
semakin mengangkat derajat beliau dan semoga
kita semua mendapatkan
curahan keberkahan,
rahasia-rahasia dan ilmu
serta karomah dari Al-
imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus..
Amin Ya Robbal Alamin.

No comments:

Post a Comment