Wednesday 10 June 2015

ASAL USUL DAN SILSILAH KANJENG SYEIKH SITI JENAR

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit. Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid
'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al- Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An- Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy- Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al- Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al- Qur’an usia 12 tahun. Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba
di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka. Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad. Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak
dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad. Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al- Mu’tabarah Al- Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al- Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu: 1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al- Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash- Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman. Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al- Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At- Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy. Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun. Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al- Mu’tabarah Al- Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain- lain. KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah: 1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]…. 2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy. 3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir
“Allah..Allah..Allah”
dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin- Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”. 4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di
Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“ 5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah
penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.” Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar] Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

MAKNA LEMAH ABANG.
DAN MAKNA SITI JENAR. MENURUT KANJENG SYEIKH SITI JENAR.
Arti dari kedua kalimat tsb adalah sama saja.
Kalimat SITI JENAR.
Berasal dari bahasa Palawa. Yg bila kita
artikan kedalam bahasa indonesia. Artinya adalah TANAH MERAH.

Demikian pula dgn Kalimat LEMAH ABANG.
Berasal dari bahasa jawa.
Bila kita Artikan kedalam Bahasa indonesia. Artinya Adalah.
TANAH MERAH.
Kedua kalimat tsb antara Siti Jenar dan Lemah abang.
Menurut kanjeng syeikh Siti kedua Kalimat tsb Punya makna yg sama,
Yg mana dua kalimat tsb disandang oleh nya sebagai Gelar, kewaliannya dgn julukan SYEIKH SITI JENAR. Atau
SYEIKH LEMAH ABANG.
Arti dari Gelar SITI JENAR. Bukan yg selama ini diartikan orang dgn arti yg asal jeplak saja.
Banyak orang meng artikan kalimat Siti Jenar dgn arti CACING TANAH.
Gelar tsb diatas diberikan oleh orang yg tdk bertanggung jawab. Dan tdk mengerti akan makna yg sebenarnya dari kalimat SITI JENAR.
Kalimat siti jenar diartikan dgn sebutan Cacing tanah.
Dari sebutan Tsb sangat jelas terlihat adanya unsur fitnah dan kebencian yg sangat mendalam.
Terlahir dari hati yg penuh kedengkian, dan sirik atas kemampuan yg dimiliki oleh orang lain.
Gelar siti jenar diartikan sebagai Cacing Tanah, Bilamana yg memberikan arti tsb dari seorang tokoh agama, yg sdh sekelas wali, betapa Hati orang tsb buruk sekali.
Dan tdk pantas menyandang predikat sebagai seorang wali.

SITI JENAR ATAU LEMAH ABANG. Dari dua bahasa yg berbeda. Namun artinya sama,
Yaitu Tanah merah. Atau syeikh lemah abang.
Dan bukan Syeikh Cacing Tanah.
ARTI YG SEBENARNYA MENURUT KENJENG SYEIKH SITI JENAR DALAM VERSINYA TANAH MERAH YG DIMAKSUDKAN DISINI ADALAH BUKAN JENIS TANAH YG KITA PIJAK.
NAMUN TANAH MERAH YG DIMAKSUD DGN KALIMAT SITI JENAR ATAU LEMAH ABANG ITU ADALAH DARAH DAGING.
Karena darah daging dari tubuh manusia dan hewan, didapatkan dari makanannya yg semua berasal dari tumbuh tubuhan yg berada di muka bumi.
Intisari dari makanan yg kita makan.. Mengandung Nutrisi, vitamin, kalori, dan mineral.. Yg membentuk menjadi darah daging pada tubuh kita.
Tubuhmu adalah darah dagingmu.
Yg dibesarkan dari saripati tanah..
Yg kelak ketika dirimu sdh wafapat maka tubuhmu akan menjadi Bangkai, membusuk dan Hancur kembali menjadi mineral Bumi. Kemudian mineral tsb akan dimakan oleh akar akar dari tumbuh tumbuhan, kemudian tumbuh tumbuhan tsb akan menghasilkan daun dan buah buahan yg sangat enak. Yg akan dimakan kembali oleh hewan dan manusia..dan menjadi darah daging pada hewan dan manusia.. Dan bersirkulasi terus pada kehidupan selanjutnya sampai bumi kiamat.. Itulah Siti jenar, itulah lemah abang.
TUBUHMU ADALAH SITI JENAR.
TUBUHMU ADALAH LEMAH ABANG.
TUBUHMU ADALAH TANAH MERAH.
Yg akan besirkulasi kembali menjadi tanah dan Tumbuh tumbuhan, dan TUBUHMU AKAN DIMAKAN KEMBALI OLEH ANAK CUCUMU, DAN MENJADI SITI JENAR YG BARU.
DARAH DAGING, INILAH YG OLEH KANJENG SYEIKH SITI JENAR DISEBUT. SITI JENAR ATAU LEMAH ABANG.
LEMAH ABANG. Dari bahasa Jawa. Yg artinya TANAH MERAH.
SITI JENAR. Dari Bahasa Palawa.
Yag artinya.
TANAH MERAH.
SITI. Artinya.= TANAH.
JENAR. Artinya. = MERAH.
Jadi Betapa kejinya hati kita kalau kita mengatakan Siti jenar itu artinya Cacing tanah.
Semoga saja dgn adanya postingan ini, orang tsb dibukakan hati dan pikiran nya sehingga tdk lagi mengatkan kanjeng SYIKH SITI JENAR ADALAH Cacing tanah.
SEPANJANG MASIH ADA BUMI SITI JENAR TAK PERNAH MATI, PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI DIA AKAN TERUS BERSIRKULASI DAN BERINTERAKSI PADA JASMANI..

No comments:

Post a Comment